Minggu, 19 Juli 2015

Siapakah tempat bergantung?



Disini, ada beberapa hal yang pernah terbesit dalam pikiranku. Dan sekarang, aku baru sadar kalo aku uda left behind alias tertinggal. Kemana aja kok baru tau? Oh, oke. Tapi seenggaknya aku masih mau tau.

Let's continue..

Yang pertama, tentang hijabku. Tentang auratku. 

Dulu aku pernah benci memakai jilbab. Lebih tepatnya ketika aku memasuki usia peralihan ke remaja. Aku merasa aku jelek kalau pakai jilbab. Wajahku kucel kalau pakai jilbab. Wajahku bulat jika aku memakai jilbab. Kulitku tergolong sawo matang, jadi aku gak pernah mempunyai rasa kepercaya dirian kalo pakai jilbab. Aku takut gak punya teman kalo aku pakai jilbab. Aku takut dibilang sok alim jika aku berjilbab. Intinya, aku tak suka berjilbab. Padahal aku tau kalau aku adalah seorang muslimah.

Hingga ketika aku memasuki usia pubertas, aku pun memakai jilbab. Namun, hal-hal yang membuatku tidak Pede itupun semakin menjadi-jadi di pikiranku. Aku memakai jilbab karena paksaan dari ibuku. Ancaman ibuku yang tidak akan menyekolahkanku, membuatku  menuruti ibu untuk memakai jilbab.

Saat ini, aku baru sadar.  Dari dulu yang kupikirkan hanya Penilaian Manusia aja. Dan aku gak pernah mementingkan Penilaian dari Allah SWT. Berhjab itu Wajib bagi muslimah, sama wajibnya seperti sholat. Seperti tercantum dalam surat An Nur ayat 31.

Peduli apa aku terhadap penilaian orang yang menganggapku sok alim. Ini bukan masalah sok alim atau apa. Karena ini masalah kewajiban. Selama Allah meridhoiku, apakah hatiku masih terusik dengan perkataan semacam itu? Allah sangat menyayangi umatnya. Dan Allah pasti akan memberikan teman- teman yang baik padaku yang mengajakku pada kebaikan. Dulu ketika aku belum berjilbab, banya teman- teman laki-laki yang akrab sekali denganku. Omongan mereka sangat khas “lelaki banget” meskipun mereka tau kalau aku wanita. Mungin karena aku termasuk golongan tomboy. Tetapi ketika aku mulai berjilbab, perkataan mereka perlahan- lahan mulai berubah. Mulai menghargaiku. Hehhehe. Tebuktikan betapa Allah sangat menyayangiku?



Well, untuk masalah kulit sawo matang, wajah bulat. Ah.. itu hanya masalah aku kurang bersyukur saja. Kulit eksotis siapa sih yang gak mau? X))
Pilihan warna jilbab dan cara memakai jilbab sudah mulai kukenal saat ini. Dan sekarang, aku nyaman berhijab. Aku nyaman menutup auratku. Meskipun perilakuku belum mencerminkan muslimah sejati yang sholihah, aku masih mau belajar kok. Iya, aku tak bosan untuk belajar. ^,^

Sepertinya aku terlalu merugi, jika meletakkan "jilbabku" diatas penilaian orang lain. Terlalu merugi jika aku menggantungkan manusia sebagai menarik atau tidaknya penampilanku.


Yang kedua, tentang jodohku.
Mungkin sudah cukup membosankan yah ketika aku berbicara tentang point jodoh. Hehhe.

Begini...
Wanita mana sih yang tak luluh hatinya ketika teman “terdekatnya” bilang jika sungguh- sungguh mencintai dia?

Wanita mana sih yang tak meleleh hatinya ketika pria itu mem-planning-kan Masa Depan dengan wanitanya?
Namun, wanita mana sih yang tak teriris hatinya jika sudah lebih dari setahun, planning itu belum terwujud?
Wanita mana yang tak sedih dan malu jika selama ini sudah berapa banyak dosa yang dia perbuat dengan pria itu? dosa merayu, dosa bersandar di lengannya, dosa bergenggaman tangan, dosa menggandeng, dosa berboncengan dengan pria yang belum SAH menjadi wanitanya?
Wanita mana yang yang tak sedih jika dosa- dosa tersebut ditanggung oleh Ayahnya?


Dalam point ini, bukan pria itu yang salah. Iya. Bukan dia yang salah. 
Diriku saja yang berlebihan, terlalu berharap lebih dan tidak mampu menetralkan rasa
Diri ini terlalu menggantungkan dia sebagai masa depanku kelak sehingga aku tak pernah memperdulikan dosa-dosa yang ditanggung ayah. Aku terlalu menggantungkan dia. 
Terlalu lucu bukan?
..........



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankiss for the comments ^^